Pasar Seni 2006 |
Pasar Seni 2010 |
Tapi dengan jalan-jalan selama itu, saya tidak mencoba 3 wahana yang sepertinya sayang kalau dilewatkan (Wahana Neraka, Kamar Vibrator, Tamasamasya) karena ngantrinya puaannjang.. persis dufan! Seingat saya pasar seni yang dulu tidak ada wahana yang 'dikuota-kuotakan' (jumlah orang masuk ruangan dibatasi). Mungkin dulu tidak sebanyak sekarang pengunjungnya.
Waktu mau zuhur ke Salman, saya melihat tulisan di background panggung depan tentang trashion ('trash' + 'fashion'), intinya kontes desain produk dari hasil daur ulang sampah. Sesuatu yang mungkin berhubungan dengan TA saya, jadi saya tungguin. Beberapa menit kemudian mulai juga setelah banyak basa-basi dan garing-garingan by MC. 10 finalis saja yang diperagakan.
tas gitar |
tenda |
ini dia desainer aslinya.. |
Waktu saya ke Salman, situasinya sama cendolnya kayak di ITB. Begitu banyak orang dan orang tentu saja butuh air - sampe-sampe air yang di water tap tinggal sisa-sisa (untungnya masih bisa saya ambil buat ngisi 3/4 botol), air di tempat wudu juga sekarat. Hueh.
Selama pasar seni ini, saya ketinggalan banyak show lapangan (dance lah, konser lah), karena saya lebih suka 'souvenir' yang bisa dibawa pulang. Selain itu, show-show itu banyak yang digelar bersamaan, jadi bingung milih yang mana + malas 'catching up' karena so-slow-nya aliran manusia. Jadilah saya hanya keliling berburu barang. Tapi pada dasarnya saya orang pelit, dan ditambah lagi harga-harga di pasar seni ini kok rasanya cenderung tidak ramah dengan orang pelit, saya jadi hanya beli segini.
Kelihatannya tidak terlalu nge-pasar-seni, tapi cuma benda-benda ini yang menarik perhatian saya.. dan kantong saya, hehe.. Even so, sebenarnya diantara barang-barang ini ada satu yang sangat-bukan-kantong-saya, tapi lumayan-kantong-ayah-saya, yaitu Nikon lens-cup, penipu berwujud lensa - tapi dalamnya gelas - seharga hampir 1/2 juta! Detilnya lihat di sini. Topi ala roket Tintin itu sebenarnya beli di depan salman, bukan bagian dari pasar seni, tapi ikut meramaikan. Dibandingkan dengan yang lain, sepertinya ini yang paling murah. Dengan ukuran sebesar itu bisa dapat 15rb, yang mungkin kalau dijual dalam pasar seni bisa dihargai 50rb. Detilnya lihat di[sini (tunggu artikelnya..)].
Show selain trashion yang sempat saya rekam malah sisi urban culture. Entah kenapa kaki saya 'tertarik' (seperti divine magnet, ada campur tangan faktor X) pada yang begituan, bukannya yang eksotik seperti angklung atau tarian tradisional.
Satu objek lain yang menarik buat saya adalah deretan layang-layang yang memanjang secara pararel. Cool!
Finally, kesan saya tentang pasar seni kali ini adalah: festive dan full-entertainment, tapi very-very-overcorwded, bikin sesak nafas.. jadi susah dinikmati! Pendapat saya, mungkin ini juga karena ada pemadatan arus (ada daerah-daerah di ITB yang tidak boleh dilewati pengunjung), jadi manusia sebanyak itu terkonsentrasi di sedikit ruang. Apakah pasar seni yang lalu juga begitu? Saya tidak ingat. Masih untung saya hanya menjadi penonton, tidak ikut pusing mengurus semua ini, hehe..
0 comments:
Post a Comment