Friday 15 April 2011

Jalan-Jalan ala Tipe 5: Villa Istana Bunga, Bandung

Sebagai seorang tipe 5 dalam enneagram, saya punya semacam innate reluctance untuk kongkow-kongkow. We type 5 indeed lack of herding instinct. Jadi inilah salah satu cara saya menghibur diri, dalam rangka memproduksi gelombang alpha dalam otak saya: jalan-jalan sendirian ke tempat yang relatif aman.. dan full privacy (populasi manusia a.k.a 'vampir' sangat jarang - saya memang bukan manusia, saya alien ;D )!

Tempat yang saya ingat dulu pernah saya lewati saat kemping di Bandung adalah Villa Istana Bunga, di ujungnya ada semacam tempat kemah dan outbond, kalo ga salah CIC. Tapi bagi saya saat ini yang hanya punya sedikit tenaga fisik, jalan-jalan di perumahannya juga sudah cukup.

Dari kosan saya naik angkot Caheum-Ledeng ke terminal ledeng 2.500, lalu saya terusin dari Ledeng ke terminal Parongpong 3.500 yang ngetem sampe 1/2 jam. Btw, saya sempet terpaksa nyobain WC umum di 2 terminal itu, karena jalan-jalan tentu akan lebih enak kalau 'kantong' kosong ;P Lagian, di dalam perumahan nanti ga ada WC umum lho, better save than sorry.

So saya masuk ke perumahan Villa Istana Bunga, sambil ndengerin lagu-lagu inspiratif di mp3 player saya thru headphone.





Seperti dugaan saya, perumahan itu sangat sepi. Udaranya sejuk dan jauh lebih bersih, perbedaannya signifikan dengan yang di Bandung kota. Saya hirup hawa kebebasan sebanyak-banyaknya, melupakan semua yang terjadi kemarin - one SH*T day. A 7ish approach actually.











Rumah-rumah mewah, jalan, pohon, bunga, dan view gunung/bukit tertata asri, memanjakan mata, mengingatkan saya waktu berlibur ke sebuah villa di Lembah Hijau, Puncak, dulu. Saya jalan-jalan disana sekitar jam 12-13 siang, tapi cuaca tidak terasa panas, bahkan mendung. Mungkin daerah ini akan mendung always.










Hampir setiap rumah, kalo ga dibuat kebun sayuran, punya halaman rumput yang sangat mengundang untuk piknik. Bentuk-bentuk rumahnya pun semua besar dan unordinarily beautiful. Sebagian besar ada tanda 'disewakan' di halamannya. Namanya saja Villa Istana Bunga.




Saat jalan-jalan itu saya menemukan sebuah rumah yang exceptionally huge, mungkin yang terbesar dibanding yang lain. Jendelanya ada yang memanjang sampai 2 lantai. Ooohhh.. mengundang sekali untuk saya 'bobol', hahaha!





Btw, saya sesekali melihat pedagang-pedagang kecil, makes me wondering, ada juga ya target pasar untuk mereka di perumahan mewah ini? Rezeki emang ga kemana. Ato mereka hanya sekadar lewat saja (target pasarnya di luar perumahan)? Hmm..







I spotted some cute cats too around here.



Saya teruskan perjalanan sampai ke ujung - pintu gerbang mungkin ke sebuah desa entah apa namanya, yang juga jalan ke bumi perkemahan saya dulu. I wish I had more energy to explore the path further. Saya foto-foto dan berdiri diam disitu sebentar, menghayati keindahan bukit/gunung didepan saya, mendengarkan lagu "I Talk to the Rain" sampai selesai. Lalu saya berjalan balik, tapi melewati jalur yang berbeda dari saya datang tadi.




Akhirnya saya menemukan free-grass field, lapangan rumput 'umum' yang sangat mengundang buat piknik. Sialnya saya lupa bawa bekal dan sekarang harus mengisi energi alias makan enak, jadi saya teruskan langkah saya mencari tempat makan siang.









Setelah beberapa kali nyasar dan tanya-tanya satpam, akhirnya saya menemukan kafe yang dulu saya pernah lewati waktu kemping, Kafe Bunga. Desainnya unik, berundak-undak, dengan view yang mantap. Dan inilah satu-satunya tempat makan di dalam perumahan ini. Di setiap meja ada setangkai bunga mawar segar di dalam vas kecil. I don't buy romanticism, but it does give a sense of beauty.





Pada dasarnya saya orang pelit - yang pelitnya mendarah-daging - tapi demi kembalinya tingkat kewarasan saya, anything goes. Makanan di kafe, apalagi yang view-nya mantap, tentu bisa 3x lebih mahal dibanding porsi saya sehari-hari. But like I said, anything goes. Just in case if you wanna know the price, I ordered one Fried Noodle 25rb, one 'Very Berry Strawberry' Juice 20rb, and one Chocolate Fried Ice Cream 20rb. Rasanya? Standar kafe dong, enak, hehe.. Btw, baru kali ini saya nyobain es krim goreng. Ternyata cuma kue berbentuk bola yang rasanya persis kayak roti tawar, lalu di siram krim dan es krim cair.

Saya makan, minum, baca-baca catatan yang penuh 'harta karun' ditemani lagu-lagu yang dalam-dan-dinamis, serta view dan hawa pegunungan, di kafe yang saat ini hanya melayani SAYA. Aaahhh.. the flavor of 5ish adventure!

Mungkin mbak-mas di kafe ini heran ngeliat ada tamu yang betah berlama-lama. Well, saya memang termasuk orang yang makannya lama, lagian saya bisa sekalian menikmati view dan suasana ini lebih lama.. sampai meresap-sap-sap ke bawah sadar - to remind me how wonderful my life actually is.

Setelah 1,5 jam-an, saya meninggalkan kafe, dan berjalan pulang. Sebenarnya saya masih haus, tapi rasanya sayang menghabiskan 15rb untuk segelas Lemon Squash. Dari terminal Parongpong ke Ledeng (lalu beli Jungle Juice rasa stroberi di Indomart dengan harga 1/2 dan porsi 2x lipat dari Lemon Squash yang hampir saya beli), dari Ledeng ke Simpang Dago, dari Simpang Dago ke kosan saya.

Sepanjang perjalanan pulang, sore jam setengah limaan, Bandung diguyur hujan, dan tidak biasanya saya tergerak untuk menikmatinya alias hujan-hujanan! Lalu saya membayangkan, pasti lebih asyik kalau saya ke perumahan tadi sore-sore, jadi bisa menikmati view pegunungan yang lagi hujan dari kafe. Must be much cool-er!

So that's how I passed the day. A lone (but not lonely) trip to an area within my security zone. Tentu saja semakin dewasa, zona aman akan semakin meluas. Now I'm in the process to stretch the boundary up to Sahara desert, hehe.. Dari perumahan mewah ke gurun sadis? Masih jauh gila, but nothing is impossible for God. Ada seorang life expert yang mau jadi guide saya? Harus gratis lho, hahaha.. Ngarep >_<

0 comments:

Post a Comment