Monday 11 April 2011

Dari Hotel ke Hotel: Banana Inn, Bandung

Thank God I've got another chance to experience living in a hotel totally for free. Aaahh.. a taste of a private-high life! Kali ini saya mencicipi menginap semalam di Banana Inn, Setiabudi, Bandung.

Desain hotel ini bertemakan pulau tropis - image daun pisang, pohon kelapa, buah pisang, pantai, terlihat dimana-mana.

Yang terdengar pertama kali begitu masuk hotel adalah musik dangdut dari ruang karaoke di dekat lobi. Heran, ternyata taste orang kalangan atas ga jauh beda sama yang bawah - rate hotel ini termasuk mahal lho, kamar yang standar aja mulai dari 800 ribuan! Bukannya saya merendahkan dangdut, cuma heran aja ;)
Well, the lobby was very wide compared to other hotels I've stayed in. View dari kamar yang saya tempati mantap, ke bawah bisa ngeliat garden cafe dan kolam renang, juga cahaya kota Bandung waktu malam. Didalam kamar ada 2 tempat tidur dan 1 sofa yang surprisingly comfortable, padahal persepsi visualku bilang, "Biasa."
 
 
 
Saya ganti sepatu saya yang berat dengan sandal hotel yang unik berbentuk pisang, lalu mulai menjelajah, foto-foto dengan cueknya.

Dari segi visual, yang paling mengesankan saya ternyata bukan interior hotel itu sendiri, tapi view-nya saat matahari terbenam. Serasa berada di Bali!

 
 

Sayang saya tidak mendapat kesempatan untuk mencicipi makanannya. Tapi kalau melihat garden cafe-nya makan apapun pasti menyenangkan disitu. Saya masuki juga BLeaf cafe (bagian dalam) yang masih sangat sepi.. lalu membayangkan bagaimana rasanya makan disitu sendirian.. sebagai seorang freelance yang entah kerja apa tapi bayarannya mahal, hehe.. lalu ada musik smooth jazz mengalun mengiringi makanan eksotis masuk ke kerongkongan saya.. what a wonderful life.. Well, pikiran adalah doa, jadi.. Amin! Hehe..

 
 

 
 
Hari sudah malam saat saya merasa sudah cukup jalan-jalan. Ternyata tidak banyak celah yang menarik di dalam hotel untuk dijelajahi. Struktur interiornya sederhana sekali, satu lantai dengan lainnya identik dan simple, rather boring. Bandingkan dengan Savoy Homann yang kompleks - setidaknya menurut saya - yang bikin saya nyasar-nyasar-tapi-senang, hehehe..

Kembali ke kamar, saya coba nikmati semaksimal mungkin jatah gratis saya disini. Ada 2 majalah lifestyle ala metropolitan dan 1 majalah film tersedia di kamar. Saya bikin kopi, lalu membuka majalah-majalah itu satu persatu, menghayati apapun informasi didalamnya. Ohh, serasa, serasaaa! Btw, sendok tehnya lucu, dari plastik dan ujungnya ceper.



Hal unik lainnya di hotel ini ialah sambungan internetnya - bukannya wireless, tapi pake kabel. Entah deh kalo di lobinya. But that's not to be complained about for the connection was just so fast! Saya nyalakan laptop dan donlot-donlot movies sambil makan malam yang saya beli diluar (daripada beli burger dari room service 60 ribuan!). Puass!

Seperti biasa kalau di hotel, berendam di bathtub dengan air hangat wajib hukumnya! Kapan lagi, kan.. sekalian rapel mandi beberapa hari yang lalu 8D

 
asooyyy!

Ternyata di kamar mandi hotel ini disediakan garam mandi, katanya bisa menghilangkan pegal, capek, varises, etc.. yang sialnya saya baru ngeh ngeliat itu waktu selesai berendam. Bukan rezeki. Btw, bath foam-nya ga ngefek, udah habis setengah botol busa ga keluar juga. Lalu saya setel lagu-lagu smooth jazz dari HP-TV saya. "Lady wants to know, she wants to know the reason, got to know the reason why.." Aaahhh, thank God! Sekitar 1 jam saya mandi - kebanyakan berendam - padahal kalau sehari-hari saya malas luar biasa buat mandi 8D



Lalu saya teruskan donlot-donlot sampe jam 12an. Waktu tidur, sepertinya saya merasa kalau ini adalah tempat tidur ternyaman dibanding hotel-hotel lain yang pernah saya cicipi. Bantalnya besar dan sangat empuk, selimutnya pas tebalnya, bed-nya juga pas empuknya. Pengen deh tidur disini selamanya, hahaha.. Sayang besok pagi-pagi saya harus segera angkat kaki.

Besoknya saya bangun jam 5an, mencoba donlot-donlot lagi sebanyak mungkin, mandi shower air hangat, dan meninggalkan hotel dengan (tetap) bahagia. Again, Thank God for the chance!

NB:

I really hope I can treat my life that way. Ibaratnya seperti menginap di hotel sehari dan gratis, most likely begitulah hidup ini, sekali dan 'gratis'. With a reminder of a magic word: "Kapan lagi, kan?", I tried to experience every facility as fullest as possible.

Tapi praktek seringkali lebih sulit dari teori. And thus, looks like I still need more 'hotel experiences' to remind me about the illusion of time in life, about the beauties showing up when I focus on the present. See you on the next hotel exploring!

0 comments:

Post a Comment