Friday 18 February 2011

my surreal experience #3

aku dalam sudut pandang orang ketiga, seperti nonton film dari jarak dekat (persis di lokasi syutingnya, ga lewat TV).. ceritanya, ada seorang pembunuh berantai lepas dari penjara-RSJ yang dibuat khusus untuknya.. sebuah rumah tua besar yang gelap dan lapuk.. ga ada yang menjaga orang itu, rantai dan tali-tali besar dianggap sudah cukup.. tapi ternyata salah besar, si pembunuh akhirnya bisa melepaskan diri.. orang itu adalah pria dewasa berumur 35an, berbadan ala atlet American football: kekar, besar, tinggi, ras kaukasian..

tiba-tiba lewat seorang gadis, posturnya berumur 25an, tapi ekspresinya masih sangat lugu.. penampilannya persis Ugly Betty: rambut keriting panjang, potongan culun, gigi kawat, kacamata tebal, baju ketinggalan zaman.. tipikal penjaga perpustakaan.. si Ugly Betty iseng ngebel rumah itu, ga ada yang menjawab.. mekaisme tali-tali bergerak seperti katrol terlihat olehku.. Ugly Betty pun hendak pergi, tapi si serial killer, setelah melihat siapa yang datang (mungkin tampang bisa dibodohi), membetulkan kembali mekanisme katrol belnya.. bel jadi berbunyi, Ugly Betty tertarik mendekati rumah itu lagi..

si pembunuh sudah berada di luar rumah.. disebuah ceruk tersembunyi.. begitu Betty datang, si serial killer 'mencegatnya' dan memasang wajah ramah, seperti gesture biasa saat cowok nggodain cewek.. Betty terkejut senang dan berkata, "kau.. atlet yang sudah lama menghilang itu!!".. ternyata Betty mengidolakan orang ini, langsung memeluk si atlet (si pembunuh memang berpakaian seperti atlet football, hanya saja tanpa helm.. bantalan bahunya menambah kesan kekar)..

lalu si Betty berkata, "akan kupanggil 2 'polisi'", lalu pergi entah kemana.. si pembunuh berpikir kalo 2 'polisi' yang dimaksud pastilah cewek-cewek seksi untuk hang out bareng.. tapi si Betty cukup lama ga kembali.. si pembunuh jadi marah dan panik, takut kalo yang dipanggil polisi tulen.. ia berjalan cepat menyusul si Betty, "hey! yang kumaksud bukan polisi beneran!!".. beberapa detik kemudian ia ketemu Betty yang berjalan kearah berlawanan dan memang membawa 2 cewek-cewek cantik dan seksi ala Lara Croft!.. si pembunuh lega..

lalu mereka berempat ngobrol-ngobrol, tapi kebanyakan main tebak-tebakan: 1 orang melakukan gesture tertentu, lainnya menebak apa yang dilakukannya.. ternyata si pembunuh jago dalam hal ini.. sikapnya yang ramah dan humoris membuat cewek-cewek itu merasa nyaman..

si Betty tiba-tiba melihat ada bekas belenggu dan rantai di tangan dan kaki si atlet si.. si atlet memperhatikan ekspresi curiga Betty dan berkata sambil tersenyum, "tebak ini apa?".. 2 cewek yang lain menebak asal-asalan, agak menjurus ke dugaan kalo si atlet pernah dirantai dan dibelenggu, tapi mereka ga curiga atau menyimpulkan apapun.. si Betty diam saja.. rasa curiga itu makin besar..

lalu tiba-tiba adegan terpotong, aku tidak melihat visualisasinya, tapi somehow aku tahu bahwa satu teman Betty menghilang dan si Betty serta yang satu lagi tahu kalo si atlet telah membunuhnya dan sekarang sedang mengincar dan meneror mereka berdua..

aku tiba-tiba mengalami sudut pandang orang pertama, aku menjadi si Ugly Betty! <sial! disaat seperti ini kenapa aku jadi orang kesatu?? now all depends in my hand!!>.. tapi aku sudah tidak lagi lugu.. aku lalu mengalami banyak flash scene: berlari-lari putus asa, momen-momen nyaris tertangkap si pembunuh, ga ada yang bisa dimintai tolong (lebih karena aku menyimpannya sendiri, karena 1. tidak sempat memberi tahu orang saking sibuknya memikirkan rencana pelarian; 2. takut si pembunuh jadi makin agresif kalo aku beritahu orang lain)..

lalu aku dan satu temanku yang seksi itu bertemu, entah direncanakan entah kebetulan.. ia berkata sangat panik sambil menangis, "kamu tau nggak? ia (si pembunuh) bisa menampakkan yang hidup jadi mati dan yang mati jadi hidup!!".. aku diam saja, terengah-engah habis terus melarikan diri, I'm calm in crisis, so now I'm just thinking and thinking how to escape totally from him.. dan aku juga sudah tahu fakta itu, yang juga sebab lain mengapa kami ga bisa minta pertolongan orang lain: yang hidup jadi mati (orang yang bisa membantu kami sudah duluan dibunuhnya), yang mati jadi hidup (jadi zombie yang mengarahkan kami menuju si pembunuh).. ga ada yang bisa dipercaya..

tiba-tiba temanku itu minta dianterin ke toilet.. kuanterin, diluar pintunya aku bilang, "cepat, cepat!!" <aku tahu jalannya film ini, kalo aku lama-lama disini, kami berdua bisa dibunuhnya>.. maka aku meninggalkan temanku di toilet.. beberapa detik kemudian terdengar suara teriakan.. <sudah kuduga!>.. aku lari sekencang-kencangnya, tapi anehnya jarak yang kutempuh hanya sedikit, sepertinya rasa takutku menarikku dekat ke si pembunuh!.. aku terus berlari-sembunyi sampai petang tiba.. latar berubah jadi kampung halamanku di Jawa sana.. tak terelakkan, saat aku lari tiba-tiba muncul si pembunuh dari arah depan kiriku!..


ia mengambil kayu-kayu hitam tajam (seperti tombak/tusuk gigi raksasa) yang bertebaran di jalan, menentengnya di kanan-kiri.. <pasti untuk penyiksaan!>.. aku terpaku ditempat.. si pembunuh melewatiku sambil tersenyum (orang yang ga kenal dia akan menganggapnya sebagai senyum yang lugu), "kutunggu lho di rumah"..

saat itu ketakutaku mencapai puncaknya: kemanapun aku pergi, ia akan selalu menemukanku!.. dan aku pun tersadar: satu-satunya cara keluar dari masalah ini adalah dengan menghadapinya.. otakku tiba-tiba dapat ide: whisky, aku ingat waktu kami main tebak-tebakan berempat dulu ia sesekali minum whisky langsung dari botolnya.. mungkin itu bisa menenangkan hasrat membunuhnya.. di rumahnya pasti ada whisky, tapi pertanyaannya, bagaimana cara membuatnya meminumnya? itu akan kupikirkan nanti, yang penting sekarang, aku harus kembali ke rumah itu..

aku pun tiba di rumah itu.. masuk ke sebuah kamar.. interiornya bersuasana candle light dinner.. di meja, kulihat hanya ada lilin dan sebotol kecil whisky.. tiba-tiba lampu putih menyala dan kamar itu berubah jadi kamar orang tuaku.. si pembunuh masuk.. ia bertambah tua, mungkin jadi 45 tahun.. beberapa rambutnya beruban, penampilannya parlente, klimis, rambut mengkilap rapi, jas abu-abu, membawa tongkat.. tapi tidak lagi kelihatan kekar, malah buncit..

ia mendekatiku sambil tersenyum.. aku memasang ekspresi tenang, poker face, untensed.. ia mengambil botol whisky di meja dan menyerahkannya padaku.. botol whisky itu tiba-tiba berubah jadi alkohol 70% yang masih dalam kotak pembungkusnya.. si pembunuh bilang, "mari kita mulai, oleskan ini dimatamu".. (mungkin untuk mengebalkan rasa sakit saat disiksa.. atau malah makin menyiksa??).. detik itu aku tersadar/dapat ide, <alkohol ini akan lebih berguna untuk membutakan matanya daripada untuk menenangkannya!>..

kuhentakkan botol itu kearah matanya dan somehow meski masih dalam dus, aku berhasil mencipratkan cukup alkohol! (mungkin kecepatan tanganku.. atau kekuatan pikiran??).. ia teriak kesakitan, menjauh dariku sambil mengucek-ngucek mata.. lalu spontan kusiram si pembunuh dengan bensin entah dari mana, lalu kubakar dia! aku keluar dari kamar itu dan kukunci dari luar..

[BANGUN, dengan rasa super lega karena 1. aku berhasil keluar dari jeratan teror si pembunuh (hepi ending!); 2. semua ini ternyata cuma mimpi!]

NB: memangnya alkohol 70% bisa bikin mata pedih ya?

0 comments:

Post a Comment